Kamis, 24 Juni 2010

Maaf Ya Allah

Artikel 3 :

"Benar kata orang, bahwa satu-satunya obat mujarab yang dapat mengobati luka hati hanyalah waktu. Lambat laun sang waktu akan mengaburkan wajah kekasih yang terus-menerus menghantui, mulai dari awal perkenalan sampai kenangan yang terbingkai indah dalam sebuah lamaran. Sang waktu pula yang mengenyahkan dongeng sakit hati kala lamaran ku terim,a namun ia tak lagi memperhatikan dengan segudang rutinitas melenakan. Cinta, terlalu sadis caramu mencungkilnya dari relung hati yang tadinya normal menjadi abnormal. Sampai kapanpun, aku akan tetap mengingat kisah itu. Dia telah menorehkan sejarah dengan tinta emas sebagai kenangan terindah sekaligus memilukan.


Sekarang diusiaku yang mulai beranjak dewasa, begitu kata orang kebanyakan. Usia yang cukup bagiku untuk menuju sebuah jenjang pernikahan. Dengan balutan melati menghiasi pelaminan. Wah....indah, sudahlah itu sebuah harapan yang menanti untuk kurajut, tunggu saja aku sedang memintal benang halus untuk mewujudkannya. Kini aku sedang menikmati masa lajangku. Lepas dari bangku kuliah yang melelahkan dan tentu menyenangkan. Pekerjaan sesuai bidang jurusan langsung memberikan kursi dalam jajaran karyawan. Maka kusyukuri, ini adalah suatu rutinitas yang membawa berkah, semoga. Aku punya alasan kuat untuk bangun pagi dan berangkat menuju tempat kerja dengan riang. Mungkin ini disebut juga sebagai euphoria pekerjaan baru.

Namun sungguh, dalam heningnya malamku, aku tak henti menjerit padaMU :

Aku tak pernah mengerti
Mengapa harus tersakiti
Dalam benak aku merasa tak membuat kesalahan untuk masalah hati

Tak cukupkah penjagaanku terhadap hati selama ini?
Apa yang kurang, apa yang salah?
Bergelayut tanda tanya membentuk masa ribuan kalimat padaNya

Astaghfirullah...
Aku kerdil, maka aku merasa perlu bertanya
Tapi setiap klimatku bukanlah tanya benar
Lebih pada sebuah tuntutan
Bahwa semua yang kulakukan selama ini adalah benar

Ampun Allah...
Aku tak punya muka untuk sekedar bertanya
Ampun Allah...
Aku tak punya hak untuk menyalahkan arah
Ampun ya Allah...
Aku menjalani apa yang Kau kehendaki


Lepas dari semua itu
Sungguh aku masih berkabung dalam kecewaku
Hari nyataku menjadi semu
Bayang tak kejelasan putusanku mencabik separuh hidupku

Tidak...
Allah..Kau ciptakan hamba untuk bahagia
Allah..Kau tak pernah lupa beri aku kasih sayang
Allah..Kau beri ujian karena aku mampu mengemban
Allah..tak ada ketersiaan atas setiap jalan yang kau arahkan

Sandungan bukanlah batu besar
Hanya kerikil yang jauh lebih kecil namun tajam
Aku hanya lengah, karena terlalu asik merlangkah
Terlena oleh rayuan insan yang kini hanya menjadi bayang

Terima kasih Allah kau bangunkan aku dengan lembut
Hingga aku tak terlarut dalam mimpi buruk
Saatnya aku menatap nyataku
Karena mimpi adalah maya dalam tidurku

Akan ku tunjukkan bahwa aku sehat
Akan ku tunjukkan bahwa aku kuat
Akan ku tunjukkan bahwa aku masih mengulum senyum
Akan ku tunjukkan bahwa aku masih bisa menebar cinta pada sesama

Allah...hidup ini terlalu indah untuk disia-siakan, aku tak boleh kalah hanya karena sebuah masalah. Maka ku katakan pada diri ini :

Hai diri, ketika aku masih bertemu pagi,
Dan ku putuskanuntuk berdiri menghadapi,
Berjuang dengan hati di jalan Illahi,
Bukan demi diriku sendiri,
Maka saat itu,
Aku telah mengakhiri hari,
Derngan satu lagi kemenangan sejati
(penggalan puisi HTR)

Baiklah...ku ucap Bismillah untuk menata hati, ini juga kalimat yang sama untuk mengawali hari, aku tak perlu risau akan masa depan dan pelaminan. Karena semua telah mulai kurajut dari sekarang. Allah...Kau Maha Tahu setiap kekuatan dan kemampuanku berikhtiar, maka setiap senyum akan ku sunggingkan untuk sebuah perubahan. Untuk pelaminan ? aku percaya janji Allah nyata akan pasangan jiwa, mungkin bukan dia yang telah membuatku kecewa, namun Allah menyiapkan sang pangeran pujaan yang akan menjemputku dengan kebahagiaan, amin. "

Alhamdulillah,...
Karena artikel ini aku tidak akan putus asa,... semangat q(^_^)p

Tidak ada komentar:

Posting Komentar